SELAMAT DATANG DI BLOG PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE KOMISARIAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG--WWW.SHTERATEUNDIP.BLOGSPOT.COM-- GREETINGS BROTHERHOOD

Jumat, 12 September 2008

PERSAUDARAAN SH-TERATE YANG KUKENAL

PERSAUDARAAN SH-TERATE YANG KUKENAL
D. Sumarjono, Pembina UKM-Undip 2008.
Suatu sore Januari 2008, datanglah dua orang mahasiswa ke rumahku. Mereka mengaku warga PSHT dari UNDIP dan meminta saya untuk menjadi Pembina UKM PSHT-Undip. Seperti tersadar bahwa saya sudah lama tidak berkumpul dengan sedulur-sedulur SH-Terate untuk berbincang-bincang dalam wadah organisasi. Saya mengundurkan diri secara lisan dalam rapat di tempat sdl Rochadi untuk tidak aktif dalam organisasi sejak 1993 karena ada tugas lain. Ketika itu UKM PSHT undip baru gencar-gencarnya di kembangkan. Melihat SH-Terate yang berkembang pesat dewasa ini, apakah saya mampu menjadi Pembinanya ?
Kenangan lama muncul kembali. Sejak disahkan Earste trap (Tk 1.)di balai desa Oro-oro Ombo Madiun th 1973, saya masih melanjutkan sekolah di SPMA Jogjakarta, terus ke fapet UGM sampai th 1981. Sempat menjadi Sekretaris Cabang SH-Terate Jogjakarta dan menjadi ketua panitia pengesahan pertama cabang Jogjakarta di tempat bpk Salyo Harso Utomo. Th 1982 kerja jadi dosen fapet Undip sampai sekarang bersama dengan Doktor Ir.Sudjatmogo, MS. Bersama C.Dayat (Mas Dayat), Rochadi, Djadmogo, Mas Danang dan R. Simorangkir (Mas Richad) ikut mengembangkan SH-Terate Cabang Semarang. Jabatan terakhir di organisasi adalah Sekretaris Dewan Cabang P SH-Terate Semarang bersama dengan Danang Soewito, SH sebagai ketuanya berdasarkan rapat dibalai Desa Krapyak yang dihadiri Mas Tarmaji dan Mas Murjoko.
Walaupun tidak aktif di organisasi, saya masih tetap mendengarkan, melihat, membaca berita perkembangan SH Terate. Kenyataan bahwa SH- Terate berkembang sangat pesat telah lama menjadi cita-cita, mengingat materi ajaran nya baik, metodanya mudah dan biayanya murah. Hanya banyaknya berita miring yang dilansir media antara lain “Keroyokan”, “Dukung-mendukung tokoh politik”, “Pemecatan sesama saudara” dan ”Pertengkaran karena Klaim kebenaran ilmu” menunjukkan ada suatu yang berubah dari SH-Terate yang saya kenal. Apakah betul ? Silakan simak pengalaman saya tentang Persaudaraan, Setia Hati, Bunga Terate, Pencak Silat dan Organisasi dalam P SH-terate. Komentarnya saya tunggu. Salam persaudaraan.

Persaudaraan Dalam SH Terate
I. Pitutur /wewarah Sedulur Tuwa,
1). “…...dengan saudara disahkan menjadi warga Persaudaraan SH Terate, maka saudara telah menjadi saudara saya seperti saudara kandung…(Mas Dokter Karno pada Sambutan Pengesahan Warga Di Oro-oro Ombo madiun, 1974).
2). “...arti dari persaudaraan yang kekal dan abadi adalah apabila sudah menjadi warga, maka tetap menjadi saudara walaupun sudah tidak bisa pencak-silat lagi..” (Mas Kacik/Ciptardjo, Ngawi).
3).”…arep ngesahke dadi sedulur wae kok dadi angel ki sing arep kok goleki apa ta? (Bu Salyo pada pengesahan pertama Jogjakarta, 1975).
4). “…saya tidak ada masalah dengan saudara Ngemron, saudara ngemron menjadi warga saya tidak menyuruh, dan apabila ingin keluar juga bukan urusan saya..” Mas Tarmaji (Ka Pus) di Pertemuan Sh Terate Cup TMII th1985, Jakarta).
5).”…sekali disahkan menjadi warga SH terate, maka saudara tetap dianggap sebagai saudara tidak hanya di Magelang saja, tetapi di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri (Nurhadi Abas, Ka Cab Magelang, pada pengesahan Warga 2003).
6).”…Saya di sini atas undangan lisan pengurus. Ketika bertugas menjadi direktur Akademi Perdagangan saya memang membina Beladiri Tenaga Dalam” Ganesha” yang tidak ada sangkut-paut dengan organisasi SH Terate, bahkan saya sadar harus mengundurkan diri dari Dewan Penasihat SH Terate cabang Semarang agar tidak rancu dalam melaksanakan tugas. Saya rela tidak aktif dalam organisasi, bahkan tidak dianggap lagi sebagai saudara, tetapi saya TETAP memandang semua warga SH Terate menjadi sedulur yang kekal dan abadi yang mesti saya bantu jika memang dibutuhkan. Saya tidak mempermasalahkan pandangan para warga SH Terate mau menganggap saya sebagia sedulur atau tidak, saya pulangkan kepada saudara-saudara semua….”( D. Sumarjono, mengklarifikasi keberatan Mas Tunggul atas kehadiran dalam rapat Cab.Semarang, 2002).
Gambaran tersebut tetap diingat oleh penulis bahwa sedari dulu organisasi Persaudaran SH Terate ( yang Notabene belajar pencak silat), mengutamakan Persaudaraan. Inilah yang membedakan dengan Perguruan Pencak Silat/beladiri yang lain dan yang menjadi perangsang pertama kali bagi penulis untuk ikut belajar pencak silat SH Terate th 1970 di Ngawi.
II. Pengalaman Persaudaraan
Pengalaman Latihan di Ngawi, pelatihnya: mas Pranowo, mas Han, Mas Kacik, mas Susetyo, mas Palal. Tingkat hijau akan ke putih dilatih oleh mas Han di rumah jl Mayang. Sesama siswa tingkat hijau ke putih (1971/1972): Muchlis, Sasongko, Sriyanto, Kasiyanto, Sawal, Yonthil (penulis), Sribahagia, Tejo. Semua disahkan th 1972 kecuali Yonthil karena pindah sekolah di SPMA Yogyakarta. Di Yogyakarta dilatih oleh Mas Susetyo (yang ternyata kursus di Yogya), kemudian dikenalkan dengan warga cabang Yogya. Pelatihnya; Mas Ngemron(Imron), mas Peni, mas Larjo, Mas Warijo dan diketahui warga asal Madiun: Mas Wijono, mas Bambang Kartono, mas Parno. Disahkan tahun 1973 di Oro-oro ombo Madiun, di antar oleh mas Imron dan di kecer oleh Mas Setyawan. Warga baru yang disahkan waktu itu kurang dari 100 orang ( 92 orang) dari seluruh Indonesia. Dari Yogya ada 6 orang : Yonthil (penulis), mas Cipto, Ning (putri), Trismi(putri), Kus(putri), Tri(putri) dan yang hanya 1(satu) orang dari Blora yaitu mas Sukiyanto (sekarang guru lukis SM Katholik Yos Sudarso). Setelah disahkan, ikut mengembangkan SH Terate di Yogya sampai tahun 1982, kemudian pindah ke Semarang. Pernah ikut kejuaran (semuanya tanpa mendapat Nomer) di DIY tahun 1973 (tanpa bodi protektor) , seleksi PON DIY th 1976, Seleksi Jurnas DIY th 1978. Melatih Atlet SH Terate di setiap kejuaraan DIY, dan Semarang.
Dalam pergaulan-bersaudara banyak pelajaran yang dapat diambil hikmah nya ( tentunya untuk menjalani kehidupan yang luas). Ternyata ada saudara yang suka marah melulu, ada yang tenang, ada yang suka berfikir logis/pinter, ada yang ndak pinter, ada yang ngak mau susah/maunya senang, ada yang ingin menguasai dan lain sebagainya. Keretakan/tidak harmonisnya persaudaraan antara lain karena:
1). Saudara yang satu merasa lebih tinggi (Kedudukan, Kepandaian, Kekayaan, Ilmunya) minta untuk dihormati, padahal tidak pernah menghormati saudara yang lain.
2). Penerjemahan aturan organisasi yang tidak dilandasi dengan hakekat persaudaraan sehingga menimbulkan setia hati malahan “sakit hati”.
3). Kurang wawasan Umum (IPOLEKSOSBUD) sehingga bertindak tanpa sadar, bukan atas kesadaran diri-pribadi.
Tiga hal itu haruslah disadari dalam bersaudara, yang penting adalah bagaimana sesama saudara saling mau/bersedia untuk SALING menghamat-hamati dan mengingatkan dalam koridor TETAP RUKUN agar menjadi teladan dalam mengingatkan kebaikan “Memayu Hayuning Bawono”. Pengalaman penulis hakekat persaudaraan itu adalah “Satu dalam Bermacam-macam, Sama dalam perbedaan, Rerukunan, Gotong-royong, Ora menang-menangan, Ora dhuwur-dhuwuran Ngelmu, Ono rembug yo dirembug. Semua saudara ikut terlibat bersama-sama melakukan kebaikan bagi sesama makhluk. Bhinneka Tunggal Ika.
III. Penutup
Apakah 3(tiga) hal itu masih ada? Dulu penulis sering ber anjangsana ke saudara tua, sesepuh, dan berdiskusi dengan orang tua lain untuk mengatasi 3(tiga) masalah itu. Ternyata Saudara itu bukan hanya Saudara sekandung, sedulur tunggal kecer , SH Terate saja ; tetapi sesama makhluk hidup itu juga saudara.

Setia Hati dalam SH-Terate
I. Pitutur /wewarah Sedulur Tuwa,
1). “…manusia dapat dimatikan, manusia dapat dihancurkan, tetapi manusia tidak bisa dikalahkan selama manusia masih setia kepada hatinya…” (Mas Imam. Ketua WanPus) dalam pengesahan SH-TerateYogya, pengok Kidul1977).
2).”…manusia Setia Hati adalah manusia yang dirinya Setia kepada Hati sanubarinya…”( Pak Hasan, Slametan Pengesahan SH-Terate Yogya,Pengok Kidul 1977).
3).”…Dik Djoko, pokoke awake dhewe iki ora biso apa-apa, lan ora arep apa-apa..” (Mas Imron, Anjangsana di Kostnya Yogya, 1973).
4).”…Dik yen kowe pengin ngerti apa sing kok tindakake iku bener, kowe yen bengi menenga ijen, timbangen sakabehe lan sawise iku putusno, ya iku sing kudu kok lakoni..” (Mas Kun 1974. Sekarang di Jaten Solo).
5)”…Ilmu SH itu, adalah ilmu ndelok gitoke dhewe..” (Mas Tunggul, Di tempat latihan Semarang College 1983).
6).”…teruslah belajar SH, karena ilmu SH itu ilmu kedung Jero…”(Sambutan mas Tarmaji yang dibacakan Mas Dayat pada pengesahan 2003 di Semarang).
II. Pengalaman Pemahaman Setia Hati.
Pada tahun 1979, penulis mendapat tugas membuat paper dalam mata kuliah agama Islam dan terlintas pikiran bahwa SH Terate dapat dibuat sebagai bahasan paper.( penulis baru senang-senangnya mendalami ke SH an). Penulisan dan diskusi bersama Mas Farouk (Alm) karena pinjam Al Qur’an dan terjemahannya (malumlah bukan orang pondok pesantren) di rumahnya.Pertanyaan yang akan dijawab apakah SH dalam SH Terate itu benar menurut agama Islam?(paling tidak ada teks Al Qur’an yang membenarkan).
Dalam penulisan hal pokok sebagai acuan/pedoman adalah Mukadimah AD/ART SH Terate. Hal ini karena isi/jiwa/roh didirikan suatu lembaga apapun pasti mempunyai dasar, dan biasanya dijelaskan di pembukaan/mukadimah. Paper membahas tentang : Kembali Ke kausa Prima, Peranan hati dan selubungnya, Tujuan belajar pencak silat, dan ajakan organisasi. Judul paper adalah “Setia Hati Terate Sebagai Jembatan Penghubung Mengenal Tuhan YME”. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa Persaudaraan SH Terate ajarannya adalah benar, papernya dapat nilai B.
Banyak suka-duka dalam belajar menjadi SH (dalam arti umum). Pada tahun 1992, penulis diajak Kakak ipar untuk masuk hutan Purwo, Semenanjung Blambangan-Banyuwangi. Hal ini karena penulis sakit-sakitan sejak tahun 1979 belum ketemu dokter ,dukun, Kyai , apalagi warga SH Terate yang cocok. Di Hutan Purwo penulis dikenalkan seorang tua (bukan warga SH Terate) yang pada akhirnya penulis akui sebagai orang yang mampu dalam waktu singkat membuat penulis tahu, mengerti, menghayati dan melaksanakan hakekat Setia Hati seperti yang dituliskan di Mukadimah AD/ART PSH-Terate. Indikator utama yang nyata adalah penulis sembuh dari sakit, lebih jernih melihat segala tingkah- polah, dan lebih bahagia dalam mengarungi kehidupan.
III. Penutup
1). Pada jaman dulu penulis tidak pernah menjumpai ajaran Setia Hati yang
tertulis , adanya hanya pitutur/wewarah. Apakah sekarang ada?
2). Tanpa belajar pencak silat SH-Terate, setiap orang dapat pula memahami
“setia hati” . Apakah betul?
3). Pemahaman Setia Hati akan mengarahkan segala tabiat BUDI LUHUR. dan
organisasi perlu membina warga secara terprogram. Apa Betul?

Bunga Terate dalam SH-Terate
I. Pitutur /wewarah Sedulur Tuwa,
1). “… Bunga Terte dapat hidup di air, di tanah, dan bahkan di udara, berarti warga SH Terate harus dapat “Ajur-Ajer” hidup dimana saja…”( Mas Imam, Pengesahan Madiun 1974).
2). “…Bunga Terate ada yang kuncup, setengah mekar, dan mekar berarti warga SH TErate berkembang dari tingkat ke tingkat…” ( Mas Murhandoko, Ngawi 1971).
II. Pengalaman Pemahaman “Bunga Terate”.
Manusia, secara umum suka mengekspresikan apa yang menjadi makna/isi sesuatu hal ke dalam bentuk “lambing-lambang” agar mudah dikenal dan dioperasionalkan. Pendapat ahli dari UGM. “Bunga” sangat disukai oleh masyarakat Nusantara dan banyak dipakai sebagi lambang. Bunga dipakai untuk mengekpresikan keindahan, keharuman, dan makna simbolik. Misalnya bunga Kanthil: makna nama=perekat/selalu ikut, makna bentuk menguncup=menuju ke tuhan, makna warna kuning=kesenangan,keagungan, warna putih=kesucian, bau harum=kebaikan.
Bunga Mawar: makna nama=membuat “tawar”/seimbang, makna bentuk bulat= teguh/bersatu, makna warna merah-jingga-putih-biru= semangat-cinta-suci-dalam. Bunga Kenanga: makna nama = agar terkesan, bentuk bulat memancar= memancarkan sesuatu ke semua penjuru, makna warna hijau= ungkapan perasaan, warna kuning= kewibawaan/kesenengan.
Bunga Terate ada dua klasifikasi yaitu Terate Kecil (Lotus Sp), dan Terate Besar (Nellombium Nellombo). Contoh Terate kecil dapat dilihat di Kolam UNDIP Pleburan pada Waktu Musim Hujan saja (Di Musim Kemarau Tak Nampak) atau yang umum dipelihara di kolam masyarakat. Terate Besar, tidak umum dipelihara masyarakat, tapi ada di salah satu kolam kebun raya Bogor. Perbedaannya : Terate besar ukurannya lebih besar, daunnya bundar tepinya runcing seperti hiasan daun pisang di tepi tampah-sesaji (Tampah tumpeng).
Bunga Terate/teratai merupakan bunga lambang kehidupan ke Budhaan. Bentuknya indah, megah, di kolam/tempat yang “kotor” pun dapat hidup dan nampak semakin indah dan megah, hidupnya mengambang di air tetapi tidak hanyut ( bisa mengendalikan diri). Kemungkinan nama lain bunga Terate adalah bunga “Wijaya Kesuma” milik hyang Wisnu yang menitis kepada sang Budha.
Kiranya makna bunga TERATE dalam SH-Terate dapat juga :.. Warga SH Terate dapat hidup di lingkungkan manapun dengan tetap mampu mengendalikan diri, memancarkan keindahan dan kemegahan serta membuat lingkungan hidupnya nampak indah.
III. Penutup
1). Bunga Terate sebagai Lambang perwujudan tujuan.
2). Apakah perilaku warga SH Terate masih demikian?

Pencak- silat dalam SH Terate.
I. Pitutur /wewarah Sedulur Tuwa,
1)”….Pencak adalah gerakan tubuh dengan jurus-jurus, sedangkan Silat adalah gerakan batin dalam pencak yang cepat dan mematikan. Dengan Pencak-silat seseorang mampu mematikan lawan dalam hitungan 3 detik…” (N.Abas, anjangsana di Magelang 2003, klarifikasi SH terate Kala-Cokro).
2).” …Pencak-Silat adalah tali persaudaraan dan penjaga persaudaraan. Pencak silat adalah beladiri asli budaya di lambangkan dengan senjata tradisi pencaksilat bukan pistol, bedil dan semacammya. (Mas murhandoko, Ngawi 1971).
3).” Pencak silat salah satu ajaran SH dalam tingkat pertama berintikan seni, olahraga untuk pembelaan diri……..Pencak silat hanyalah sautu syarat untuk mempertebal kepercayaan disri sendiri dan mengenal diri pribadi. ( Mukadimah AD/ART PSH Terate.).
II. Pengalaman Pencak Silat
Pencak silat adalah nama umum beladiri yang khas bangsa Melayu. Intinya berupa ajaran gerak tubuh/pisik dan gerak batin/supranatural. Pencak silat dengan gerakan yang indah dapat untuk sarana kesenian,olah raga, mempertahankan diri dan dapat mematikan lawan. Seorang pendekar (Jaman Dahulu) tampak berwibawa, punya keberanian lebih bertempur seorang diri menghadapi lawan yang banyak, punya ilim supranatural/Kadigdayan misalnya : lembu sekilan, Sepi angin, Brajamusti, Rawa rontek, Idu Geni, Senggoro Macan.
Kehebatan Pencak Silat SH Terate diceritakan Mas Imam(Alm.Dewan Pusat) ketika menghadapai Kiai Sewulan (SHTT) yang intinya Kiai sewulan tak dapat bergerak walaupun sudah siap/”pasangan” saat mas Imam menyerangnya dengan didahului satu perkataan.Hal itu diulangi sampai pasangan dan serangan tiga kali, dan akhirnya kiai Sewulan mengaku kalah. Dengan ilmu SH bapak Hasan (alm.Sesepuh SH Terate Solo,1973) pernah menjadi juara pencak silat se Jawa ketika mudanya dan ini diakui pula oleh mas Iman ketika pengesahan 1973 di oro-oro ombo Madiun).
Pengalaman penulis belajar pencak silat di SH Terate sebatas pisik. Kehebatan (kalau dianggap ada) hanya berdasar teknik “Coba-salah-Perbaiki”. Dimulai dari latihan kerasnya berbagai tendangan ,pukulan dan ketahanan pisik. Semua tendangan pernah membuat”Lawan” sambung semaput. Ternyata kerasnya tendangan kalah dengan penggunaan langkah jurus yang benar… lalu?........ penggunaan jurus yang benar kalah dengan kecepatan……lalu? ….ternyata kecepatan gerak masih kalah dengan serangan tak terduga…. Sampai disini penulis mendalami gerakan pencak silat dan berkesimpulan bahwa gerakan yang hebat adalah Cepat, Kuat dan Tak terduga. Yang masih menjadi persoalan waktu itu adalah bagaiman mengantisipasi gerakan tak terduga? Di SH Terate penulis tidak memperoleh pengalaman memuaskan walupun sudah Tanya pada Warga Tingkat II. Tetapi dugaan penulis mungkin perlu belajar soal batin itu.
Secara batin dengan kawruh “sedulur papat limo pancer” memang penulis telah menemukan jawabnya. Walaupun bukan dari SH Terate, tetapi dapat menjelaskan maksud/kaitan diajarkannya PencakSilat oleh SH Terate dalam rangka Budi Luhur.
III. Penutup
1). Pencak Silat dalam SH Terate bukan tujuan utama
2). Diperlukan panduan khusus hubungan Pencak Silat-Kerochanian.
Betulkah semua itu?

Organisasi Dalam SH-Terate
I. Pitutur /wewarah Sedulur Tuwa,
“…dalam berorganisasi, jangan ada saudara yang terlalu “kemajon”, dan jangan ada saudara yang terlau “ketinggalan”…(Mas Imam, WanPus, Mubes ke II).
“…organisasi dalam Persaudaraan SH Terate, maksudnya jika ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan secara organisasi, maka diselesaikan secara persaudaraan..” (mas Murhandoko, Ngawi, 1971).
II. Pengalaman Pemahaman Organisasi
Asal kata Organisasi dari kata organ=alat yang punya fungsi dan bersama dengan alat lain menjalankan suatu tugas secara harmonis. Diibaratkan manusia, maka alat berupa kepala, kaki,tangan, jantung,hati, mata hidung,dll. Secara individu, dimulai dari cita-cita(Visi), kemudian dijabarkan dalam tugas(Misi), dan selanjutnya melakukan aktifitas/kegiatan(Aksi) tertentu. Visi berasal dari cita-cita/angan-angan/gagasan yang ada di kepala misalnya ingin menjadi Pendekar yang handal. Misinya adalah menguasai pencak-silat lahir batin, dan Aksinya adalah berlatih secara benar, luas dan mendalam. Secara kelompok, maka Visi, Misi dan Aksi harus ditetapkan/diatur dari-oleh-untuk kelompok itu sendiri dan biasanya tertulis dan terangkum dalam pembukaan/mukadimah dasar aturan berorganisasi. Secara umum, maka dalam organisasi harus ada ketua (=Kepala), Skretaris (=tangan kanan), Bendahara (=tangan kiri), Seksi-seksi (=kaki), Anggota (=bagian tubuh yang lain) dan yang terpenting adalah semua bergerak secara harmonis. Tidak harmonis maka akan menimbulkan sakit. Oleh karena itu penting dibuat aturan tertulis agar ada pemahaman dan dasar yang sama untuk bertindak dan sebagai syarat hokum Negara.
Ketika menjadi ketua bidang organisasi di Semarang, pernah penulis mengingatkan saudara yang memanfaatkan “kepandaiannya” untuk melatih secara mandiri tanpa sepengetahuan cabang tetapi jika pengesahan warga meminta disahkan lewat cabang. Juga pernah mengingatkan latihan setingkat ranting, tetapi tak ada pemberitahuan ke cabang , walupun telah penulis ingatkan bahwa cabang akan mengabulkan/tidak mempersulit latihan dan pengesahannya. Sekarang ini yang pernah penulis dengar ada SH-Terate “Wesi Kuning”, SH-Terate “Branjang Kawat”, SH-Terate “Kala Cakra”, SH-Terate “Jurus Lama”, SH-Terate “Wesi Aji”, Semua Embel-embel walaupun berkilah padepokan(=sasana=tempat berlatih) akan mengurangi arti keharmonisan organisasi dan penulis bayangkan akan ada banyak SH-Terate dengan bermacam-macam embel-embel jika dibiarkan. Mungkin pitutur sedulur tuwa dan pengalaman organisasi tidak lagi menjadi guru yang baik atau sudah beda paradigmanya?(=pikiran dasar).
III. Penutup
1). Berorganisasi perlu kesepahaman agar harmonis
2). Secara organisasi SH-Terate milik semua warga SH-Terate tanpa
membedakan tingkatan maupun usia.
Betulkah semua itu ?
-----------------------------------------------------selesai 9 Sept.2008

2 komentar:

Nurhadi Abas 20 April 2009 pukul 20.34  

Salam persaudaraan..
untuk mas Joko sekaligus pelatihku yang tercinta.
menurut buku yang saya baca, dari ajaran Budha, bahwa arti bunga teratai adalah kesucian dan kebenaran.
menurut ilmu pertanian, tanaman terate adalah tanaman air yang tidak bisa hidup di darat dan di udara, sedangkan kuncup setengah mekar dan mekar adalah melambangkan keheterogenan kehidupan di dunia ini, atau boleh dikatakan tingkatan kehidupan. orang Setia Hati harus bisa hidup dalam suasana atau keadaan yang bervariasi, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. keistimewaan nya tanaman terate, air yang ada di sekitar akar akan lebih jernih, ini punya makna, dimana warga SH Terate itu berada disitu ada kedamaian dan ketentraman. bunga terate akan tetap bersinar dan bersih bunganya walaupun tumbuh dan berkembang pada air yang jernih maupun yang kotor.
SH Terate "Kolo Cokro" tidak ada, yang ada hanya SH Terate.

Ir. Nurhadi Abas
Ka. Cab. PSHT Magelang

Anonim,  11 Juli 2011 pukul 08.25  

WOKW MANTAP LOR...
Putra Antakadewa Nganjuk.

  © ryanwidhi teratediponegoro by shterateundip.co.cc 2008

Wangsul Maleh Dateng Inggil