SELAMAT DATANG DI BLOG PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE KOMISARIAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG--WWW.SHTERATEUNDIP.BLOGSPOT.COM-- GREETINGS BROTHERHOOD

Sabtu, 13 September 2008

IDUL FITRI VERSI SH TERATE

IDUL FITRI VERSI SH-TERATE
(Suatu gagasan) oleh : D. Sumarjono, Pembina UKM SH-Terate Undip 2008.
Sekarang bulan September 08 ini baru “Musim” Puasa Romadhon, dan nanti akhir bulan telah selesai berpuasa dan dirayakan dengan Idul Fitri. Kita telah menang (kata para Ustadz dan Kiai). Tradisi perayaan Idul Fitri ini kata para cerdik pandai berasal dari budaya Jawa, yang di tempat asalnya disyukuri tidak semeriah di negeri Indonesia . Tak apalah dilaksanakan karena tradisi ini baik, semua orang akan ingat asal-usulnya.
Idul Fitri sendiri banyak para kiai/ustadz yang mengartikan hari besar “Kembali ke Fitroh/ Kembali ke Suci seperti bayi dilahirkan” tetapi penulis pernah mendengar sendiri dari 2(dua) ustadz/kiai yang mengartikan bahwa Idul Fitri berarti hari besar “Kembali Makan”. Penulis tidak mempermasalahkan, karena kenyataannya semua orang yang berpuasa (dengan benar) akan melakukan hal tersebut , malahan yang tidak berpuasapun ikut merayakan. Bagi SH Terate sendiri biasanya dirayakan dengan pertemuan khusus, bagi tingkat pusat mungkin mendatangkan Kiai/Ustadz kondang (Nasional), tapi di daerah- daerah yang warganya sedikit cukuplah dengan mengundang ustadz/kiai kelas daerah karena ya memang Idul Fitri ada hubungannya dengan pemuka agama itu. Yang menjadi gagasan penulis adalah “KALAU SH-TERATE DALAM PENDALAMANNYA JUGA MENYANGKUT KEROKHANIAN/ KEJIWAAN TENTU ADA HUBUNGAN ANTARA IDUL FITRI DENGAN SH TERATE SECARA KHUSUS/KHAS, BUKAN IKUT-IKUTAN FAHAM LAIN”. BetulkaH?. Berangkat dari ini penulis coba ungkapkan keterkaitan “Ngelmu” SH-Terate dengan Idul Fitri. Silakan memberi komentar, lha ini kan gagasan, terbuka, bukan disampaikan secara “ Klenak-klenik......klenik” mumpung bulan Ramadhan.
Penulis coba mengawali dengan membaca mukadimah SH-Terate, karena disitulah terdapat dasar yang fundamental hakekat visi, misi, dan aksi organisasi. Secara rinci sebagai berikut:
1. Ada kalimat “ Manusia akan kembali ke Causa Prima” . Secara bahasa Indonesia manusia akan kembali ke asal mula kejadiannya. Kata lain bahasa Arab “ Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun”. Jika manusia sudah kembali ke asalnya, dapat ditarik pengertian kembali ke Kesucian seperti Bayi. Jika Tuhan Maha Suci maka kitapun jadi Suci karena sudah kembali. Kok bisa ya?.
2. Kesucian. Istilah ini dikaitkan dengan hati yang bersih dari yang kotor/jelek, dan di SH-Terate jelas ada kalimat yang menyatakan “.....mengajak warganya untuk membuka tabir/tirai selubung hati nurani dimana Sang Mutiara Hidup bertahta”. Persoalannya, apa yang dimaksud tabir itu?. Gagasan penulis adalah wujudnya nafsu yang bisa lewat otak, mata, hidung, mulut, telinga dan perasaan. Coba apakah kita bisa kembali ke kesucian jika otak kita berpikiran yang jelek-jelek hanya menguntungkan diri, mata inginnya melihat yang membangkitkan nafsu seks dan hanya senang-senang, hidung inginnya mencium bau yang harum saja padahal bisa memabukkan, mulut inginnya makan yang enak dan banyak jika perlu apapun di “makan” sampai besi,beton dll., telinga inginnya mendengar suara merdu, tak bisa menerima kritik dan hanya marah melulu. Kita berpuasa di bulan Ramadhan ini adalah menahan segala nafsu untuk menjadi manusia taqwa. Taqwa berarti dekat dengan Allah/Tuhan karena menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. Jadi secara sadar (tidak sadar?) kita berpuasa berarti kita juga menjalani latihan SH-Terate untuk membuka tabir/selubung hati nurani. Kalau begitu ndak belajar pencak silat asal kita berpuasa dengan benar kita bisa menjadi SH? Lho..?
3. Pencak silat. “...pencak silat sebagai pendidikan ketubuhan saja, melainkan lebih menyelami kedalam lambang pendidikan kejiwaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi...”. Gagasan penulis hubungan pencak-silat dengan pendidikan kejiwaan adalah pada pengalaman yang bisa kita petik dari Latihan. Apa yang ada? Secara sadar (atau tak sadar?) kita di latih untuk berfikir, bersikap, merasakan, dan bergerak sesuai pedoman yang semuanya untuk menghindari (kalau bisa), menghalangi (kalau terpaksa), dan menyerang (kalau terpaksa) dengan aturan tertentu dari “MUSUH” yang menyakiti kita. Dari “Sambung” kita petik pengalaman “ Kita pernah dibuat sakit dan atau membuat sakit sesama “ sehingga tahu rasanya sakit maka seharusnyalah kita tidak perlu membuat sakit orang lain apalagi sampai merusak sesama makhluk. Kita juga pernah “Merasakan penerapan jurus yang salah” akibatnya selain dikenai sangsi/hukuman pelatih, berakibat pula tidak bisa mencari solusi ketika ada serangan. Kitapun pernah diajari tata nafas pencaksilat untuk penyelarasan gerak (pengendalian?). Maka tepatlah “..Oleh karena itu pencak silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi..” dan “...SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan dari kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, mahkluk atau kekuatan yang diluar dirinya..”. Persoalannya siapakah musuh yang “sangat berbahaya” dan ada di dalam dirinya itu? Menurut penulis tidak lain adalah hawa nafsu yang juga sebagai bagian hidup kita bahkan secara tidak sadar (sadar?) adalah juga sedulur/saudara kita. Gunanya latihan pencak silat tidak lain belajar mengendalikan diri nafsu kita dengan pemakaian juru-jurus. Setelah nafsu terkendali maka kita (jiwa kita, hati kita) dekat dengan Tuhan dengan kata lain akan Setia kepada Hati, lalu bagaimana selanjutnya?
4. Kalau sudah setia hati maka sudah sewajarnyalah kita harus menyediakan diri untuk mengaku saudara (Persaudaraan) kepada sesama makhluk (terlebih yang sudah warga), dan sadar bahwa kita harus bertindak menjadi teladan “memayu hayuning bawono”, “membuat kebaikan sesama makhluk” dimana saja, dan kapan saja (Bunga Terate). Jika kita bertindak bersama-sama (Organisasi) maka akan bahagialah kita karena memiliki kepuasan hidup yang abadi dan banyak teman/saudara.
Benang merah yang dapat ditarik gagasan ini, bahwa dalam bulan puasa/Romadhlon ini sangatlah menyenangkan bagi warga SH-Terate untuk berlatih, berlatih , sekali lagi berlatih puasa (mengendalikan diri) sehingga mencapai kesucian, mencapai Setia Hati, mencapai Fitri baik dengan latihan jurus-jurus maupun bersama-sama saudara muslim yang lain. Ada nilai lebih bagi warga SH Terate yang muslim. Kata lainnya dapat disimpulkan “Idul Fitri”nya orang SH Terate itu ya ketika menjalani puasa. Lho..?

----------------------------------------------------------------------------------------20September2008

0 komentar:

  © ryanwidhi teratediponegoro by shterateundip.co.cc 2008

Wangsul Maleh Dateng Inggil