Menyingkap Selubung Hati (2)
Menyingkap Selubung Hati (2)
Sumber : http://www.lawupos.net/15596/menyingkap-selubuh-hati-2/
Pada tulisan terdahulu, SH Terate dalam konteks menyingkap selubung hati, meletakkan dasar pelajaran pada tingkat pertama adalah pencak silat. Sebelum membangun jiwa anggota, SH Terate lebih dulu mempersiapkan phisik anggota (wadhah-bhs Jawa) yang akan ditempati ilmu Setia Hati (SH).
Konsep dasar yang dipilih SH Terate untuk mempersiapkan (membangun) phisik atau raga anggota adalah dengan pencak silat. Kenapa yang dipilih pencak silat?
Pertama, karena pencak silat merupakan olahraga bela diri asli Melayu. Seni bela diri yang berakar pada budaya Nusantara. Yakni, seni beladiri warisan leluhur, yang di dalamnya mengandung empat aspek sesuai dengan proses pembentukan karakter atau jiwa anggota SH Terate.
Dari sini, bisa dicermati, terdapat tujuan ganda yang ingin dicapai SH Terate. Yakni, mempersiapkan phisik anggota agar kokoh atau kuat (tangguh, tanggen, trengginas – bhs Jawa) untuk menerima tataran ilmu yang lebih tinggi lagi berupa ilmu SH. Tujuan lain, andil dalam melestarikan (nguri-uri) budaya warisan leluhur yang disebut-sebut sebagai warisan budaya adhiluhung.
Kedua, empat aspek yang terkandung pada pelajaran bela diri pencak silat dipandang sesuai dengan dasar-dasar ajaran SH Terate. Keempat aspek yang terkandung di dalam seni olah raga pencak silat itu, adalah :
1. Aspek Mental Spiritual (Kerokhanian): Konsep pendidikan atau latihan Pencak Silat, pada dasarnya terdiri dari dua unsur. Unsur pendidikan jasmani dan rokhani (bhs Jawa: tata lahir dan tata batin) . Artinya, dalam melatih (bhs Jawa: nggulowentah, ndadar) siswa untuk menjadi pendekar pilih tanding, pelatih atau guru pencak silat tidak hanya mengajarkan gerakan phisik (tata lahir), seperti senam, jurus, pasangan dan permainan senjata. Tapi, juga membangun jiwanya (tata batin).
Langkah ini biasanya dilakukan sesuai dengan wawasan keilmuan sang guru. Para pendekar dan maha guru pencak silat, baik zaman silam, maupun di era global sekarang ini, menerapkan proses pembelajaran pencak silat dalam dua dimensi. Pertama dimensi lahiriyah, yang diwujudkan dengan latihan senam, jurus, pasangan dan permainan senjata. Kedua, dimensi batiniyah, diwujudkan dalam laku spiritual (tapa brata).
Dengan memformat konsep pembelajaran dalam dua dimensi ini, pelaku dunia pencak silat berharap proses keluaran (entry point) atau hasil dari pendidikan yang dilakukan, bisa optimal. Karena seorang guru dari peguruan atau padepokan pencak silat mana pun, berharap banyak, pendekar yang dilahirkan dari padepokannya adalah pendekar tangguh, tanggen dan trengginas. Sosok pendekar pilih tanding yang mempu mengibarkan panji-panji perguruan di mana dia berlatih.
Kajian aspek mental spiritual dalam ajaran pencak silat ini mengandung makna, bahwa membangun jiwa atau meletakkan dasar spiritual pada diri siswa merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembentukan seorangpendekar pilih tanding. Bahkan, dalam praktiknya, pelajaran spiritual (sering disebut sebagai pelajaran kerokhanian atau kebatinan) ini ditempatkan pada posisi paling strategis, sebagai dasar pembentukan jatidiri siswa. Tujuannya, agar ilmu beladiri yang diajarkan dan dikuasai siswa, nantinya dipergunakan untuk tujuan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Bukan dipergunakan untuk tujuan kejahatan.
Sebab, pencak silat itu sendiri mengandung dimensi pertahanan (beladiri) dan dimensi serangan. Malah, pada tataran lebih tinggi lagi, dimensi serangan dalam jurus pencak silat mengandung daya perusak cukup dahsyat.
Filosofi yang sering dikedepankan dalam konteks ini adalah: Sebilah pedang di tangan seorang pendekar bijak akan jadi pelindung dan penjaga perdamaian. Sebaliknya, pedang di tangan seorang pendekar jahat akan jadi sumber malapetaka. (bersambung)
Tulisan ini bersumber dari hasil wawancara Andi Casiyem Sudin, Pimred LAWU POS, dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H. Tarmadji Budi Harsono. Kepada saudara kami yang mengutip tulisan ini mohon disebutkan sumbernya. Contoh, sumber : http://www.lawupos.net/15438/petuah-sh-tera…-selubung-hati/)
BACA SELENGKAPNYA - Menyingkap Selubung Hati (2)
Read more...
Sumber : http://www.lawupos.net/15596/menyingkap-selubuh-hati-2/
Pada tulisan terdahulu, SH Terate dalam konteks menyingkap selubung hati, meletakkan dasar pelajaran pada tingkat pertama adalah pencak silat. Sebelum membangun jiwa anggota, SH Terate lebih dulu mempersiapkan phisik anggota (wadhah-bhs Jawa) yang akan ditempati ilmu Setia Hati (SH).
Konsep dasar yang dipilih SH Terate untuk mempersiapkan (membangun) phisik atau raga anggota adalah dengan pencak silat. Kenapa yang dipilih pencak silat?
Pertama, karena pencak silat merupakan olahraga bela diri asli Melayu. Seni bela diri yang berakar pada budaya Nusantara. Yakni, seni beladiri warisan leluhur, yang di dalamnya mengandung empat aspek sesuai dengan proses pembentukan karakter atau jiwa anggota SH Terate.
Dari sini, bisa dicermati, terdapat tujuan ganda yang ingin dicapai SH Terate. Yakni, mempersiapkan phisik anggota agar kokoh atau kuat (tangguh, tanggen, trengginas – bhs Jawa) untuk menerima tataran ilmu yang lebih tinggi lagi berupa ilmu SH. Tujuan lain, andil dalam melestarikan (nguri-uri) budaya warisan leluhur yang disebut-sebut sebagai warisan budaya adhiluhung.
Kedua, empat aspek yang terkandung pada pelajaran bela diri pencak silat dipandang sesuai dengan dasar-dasar ajaran SH Terate. Keempat aspek yang terkandung di dalam seni olah raga pencak silat itu, adalah :
1. Aspek Mental Spiritual (Kerokhanian): Konsep pendidikan atau latihan Pencak Silat, pada dasarnya terdiri dari dua unsur. Unsur pendidikan jasmani dan rokhani (bhs Jawa: tata lahir dan tata batin) . Artinya, dalam melatih (bhs Jawa: nggulowentah, ndadar) siswa untuk menjadi pendekar pilih tanding, pelatih atau guru pencak silat tidak hanya mengajarkan gerakan phisik (tata lahir), seperti senam, jurus, pasangan dan permainan senjata. Tapi, juga membangun jiwanya (tata batin).
Langkah ini biasanya dilakukan sesuai dengan wawasan keilmuan sang guru. Para pendekar dan maha guru pencak silat, baik zaman silam, maupun di era global sekarang ini, menerapkan proses pembelajaran pencak silat dalam dua dimensi. Pertama dimensi lahiriyah, yang diwujudkan dengan latihan senam, jurus, pasangan dan permainan senjata. Kedua, dimensi batiniyah, diwujudkan dalam laku spiritual (tapa brata).
Dengan memformat konsep pembelajaran dalam dua dimensi ini, pelaku dunia pencak silat berharap proses keluaran (entry point) atau hasil dari pendidikan yang dilakukan, bisa optimal. Karena seorang guru dari peguruan atau padepokan pencak silat mana pun, berharap banyak, pendekar yang dilahirkan dari padepokannya adalah pendekar tangguh, tanggen dan trengginas. Sosok pendekar pilih tanding yang mempu mengibarkan panji-panji perguruan di mana dia berlatih.
Kajian aspek mental spiritual dalam ajaran pencak silat ini mengandung makna, bahwa membangun jiwa atau meletakkan dasar spiritual pada diri siswa merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembentukan seorangpendekar pilih tanding. Bahkan, dalam praktiknya, pelajaran spiritual (sering disebut sebagai pelajaran kerokhanian atau kebatinan) ini ditempatkan pada posisi paling strategis, sebagai dasar pembentukan jatidiri siswa. Tujuannya, agar ilmu beladiri yang diajarkan dan dikuasai siswa, nantinya dipergunakan untuk tujuan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Bukan dipergunakan untuk tujuan kejahatan.
Sebab, pencak silat itu sendiri mengandung dimensi pertahanan (beladiri) dan dimensi serangan. Malah, pada tataran lebih tinggi lagi, dimensi serangan dalam jurus pencak silat mengandung daya perusak cukup dahsyat.
Filosofi yang sering dikedepankan dalam konteks ini adalah: Sebilah pedang di tangan seorang pendekar bijak akan jadi pelindung dan penjaga perdamaian. Sebaliknya, pedang di tangan seorang pendekar jahat akan jadi sumber malapetaka. (bersambung)
Tulisan ini bersumber dari hasil wawancara Andi Casiyem Sudin, Pimred LAWU POS, dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H. Tarmadji Budi Harsono. Kepada saudara kami yang mengutip tulisan ini mohon disebutkan sumbernya. Contoh, sumber : http://www.lawupos.net/15438/petuah-sh-tera…-selubung-hati/)